NPM : 12513633
Empowerment stress dan konflik serta komunikasi
A. Empowerment
1. Pengertian Empowerment
Empowerment merupakan
istilah yang cukup populer dalam bidang manajemen khususnya manajemen Sumber
Daya Manusia. Banyak penafsiran tentang empowerment. Dan salah satu
penafsiran yang dikenal oleh sebagian besar dari kita adalah empowerment sebagai
pendelegasian wewenang dari atasan kepada bawahan. Empowermentyaitu
upaya mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki oleh masyarakat.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang demikian tentunya diharapkan memberikan
peranan kepada individu bukan sebagai obyek, tetapi sebagai pelaku atau aktor
yang menentukan hidup mereka sendiri.
Secara
umum pemberdayaan didefinisikan sebagai suatu proses sosial multi-dimensional
yang membantu penduduk untuk mengawasi kehidupannya sendiri. Pemberdayaan itu
merupakan suatu proses yang memupuk kekuasaan (yaitu kemampuan
mengimplementasikan) pada individu, untuk penggunaan bagi kehidupan mereka
sendiri, komunitas mereka, dengan berbuat mengenai norma - norma yang mereka
tentukan. (Page & Czuba, 1999:3).
Richard
Carver, Managing Director dari Coverdale Organization mendefinisikan empowerment sebagai
mendorong dan membolehkan seseorang untuk mengambil tanggung jawab secara
pribadi untuk meningkatkan atau memperbaiki cara-cara menyelesaikan pekerjaan
sehingga dapat meningkatkan kontribusi dalam pencapaian sasaran
organisasi. Empowerment memerlukan penciptaan budaya yang
mendorong pegawai dalam setiap tingkatan untuk melakukan sesuatu yang berbeda
dan membantu pegawai untuk percaya diri dan kemampuan untuk melakukan
perubahan.
Selain
pengertian yang telah disampaikan oleh Richard Carver, ada beberapa pengertian
atau pemahaman lain tentang empowerment. Namun semua definisi yang
ada secara prinsip memiliki kesamaan yaitu bahwa empowerment mengandung
unsur-unsur sebagai berikut :
· Adanya pelimpahan kewenangan dan tanggung
jawab untuk membuat keputusan yang didukung oleh sumber daya yang memadai.
· Adanya kontrol atas pelimpahan kewenangan
dari manajemen.
· Adanya penciptaan lingkungan agar pegawai dapat
memanfaatkan kemampuan atau kompetensinya secara maksimum untuk mencapai
sasaran organisasi.
2. Tujuan empowerment
Merupakan
suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk
memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya.
Tujuan dari pemberdayaan atau empowerment adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut
meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka
lakukan tersebut. Kemandirian masyarakat adalah kemampuan yang terdiri atas
kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan mengerahkan
sumberdaya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.
3. Kunci Efektivitas Empowerment dalam
Manajemen
Kunci suksesnya adalah manajemen yang konsisten, kuat dan
mempunyai komitmen yang tinggi. Tahapan dalam pemberdayaan menurut Khan (1995)
adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan
pemahaman secara menyeluruh terhadap program empowerment yang diperoleh dari
berbagai sumber literature maupun dari para ahli yang kompeten dalam bidang
empowerment.
2. Membuat
daftar kegiatan atau kesempatan yang dapat mendukung pemberdayaan.
3. Menyelesaikan
berbagai macam kegiatan yang mempunyai kesempatan yang lebih signifikan untuk
sukses dan mempunyai resiko yanmg minimal.
4. Memberi
pengertian kepada karyawan agar memahami job expectations dan metrik.
5. Menetapkan
prosedur follow – up untuk sharing kemajuan kepada setiap pekerja secara
individual dan kelompok.
6. Menciptakan,
menjaga dan meningkatkan saling percaya.
7. Menilai
kemajuan yang diperoleh dari program pemberdayaan.
B. Stress
1. Pengertian
Stress
Manuaba (1998) memberikan definisi sebagai berikut:
Stress
adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal daru luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.
Selanjutnya Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, dimana stress merupakan suatu ketidak nyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan). Dan secara konsep stress dapat didefinisikan menurut variabel kajian:
Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas (independent variable) menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaannya tersebut.
Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung (dependent variabel) memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang dialami dapat berupa respon psikologis (prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-mulas, badan berkeringat dll)
Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress disini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama.
adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal daru luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunnya kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress tersebut akan menjurus kepada menurunnya performansi, efisiensi dan produktifitas kerja yang bersangkutan.
Selanjutnya Mendelson (1990) mendefinisikan stress akibat kerja secara lebih sederhana, dimana stress merupakan suatu ketidak nyamanan dalam kerja. Sedangkan respon stress merupakan suatu total emosional individu dan atau merupakan respon fisiologis terhadap kejadian yang diterimanya. Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat digaris bawahi bahwa stress muncul akibat adanya berbagai stressor yang diterima oleh tubuh, yang selanjutnya tubuh memberikan reaksi (strain) dalam beranekaragam tampilan.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa stress secara umum merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit baik penyakit secara fisik maupun mental (kejiwaan). Dan secara konsep stress dapat didefinisikan menurut variabel kajian:
Stress sebagai stimulus. Stress sebagai variable bebas (independent variable) menitik beratkan pada lingkungan sekitarnya sebagai stressor. Sebagai contoh: petugas air traffics control merasa lingkungan pekerjaannya penuh resiko tinggi, sehingga mereka sering mengalami stress akibat lingkungan pekerjaannya tersebut.
Stress sebagai respon. Stress sebagai variable tergantung (dependent variabel) memfokuskan pada reaksi tubuh terhadap stressor. Sebagai contoh: seseorang mengalami stress apabila akan menjalani ujian berat. Respon tubuh (strain) yang dialami dapat berupa respon psikologis (prilaku, pola pikir, emosi, dan perasaan stress itu sendiri) dan respon fisiologis (jantung berdebar, perut mulas-mulas, badan berkeringat dll)
Stress sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Stress disini merupakan suatu proses penghubung antara stressor dan strain dengan reaksi stress yang berbeda pada stressor yang sama.
2. Penyebab
Stress
a. Faktor
lingkungan
Selain memengaruhi desain struktur sebuah organisasi,
ketidakpastian lingkungan juga memengaruhi tingkat stres para karyawan dan
organisasi. Perubahan dalam siklus bisnis menciptakan
ketidakpastian ekonomi, misalnya, ketika kelangsungan pekerjaan terancam maka
seseorang mulai khawatir ekonomi akan memburuk.
b. Faktor
organisasi
Banyak faktor di dalam organisasi yang dapat menyebabkan
stres. Tekanan untuk menghindari kesalahaan atau menyelesaikan tugas dalam
waktu yang mepet, beban kerja yang berlebihan, atasan yang selalu menuntut dan
tidak peka, dan rekan kerja yang tidak menyenangkan adalah beberapa di
antaranya. Hal ini dapat mengelompokkan faktor-faktor ini menjadi tuntutan
tugas, peran, dan antarpribadi.
c. Faktor-faktor
Penyebab Stres Kerja (Stressor) Karyawan
Stres kerja yang dialami seseorang dipengaruhi oleh
faktor penyebab stres baik yang berasal dari dalam pekerjaan maupun dari luar
pekerjaan. Faktor penyebab stres kerja yang dibahas dalam penelitian ini hanya
faktor organisasional, yakni faktor yang berasal dari dalam pekerjaan yang
mencakup tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antarpribadi,
struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan tahap hidup organisasi.
d. Faktor
pribadi
Faktor-faktor pribadi terdiri dari masalah keluarga,
masalah ekonomi pribadi, serta kepribadian dan karakter yang melekat dalam diri
seseorang. Survei nasional secara konsisten menunjukkan bahwa orang sangat
mementingkan hubungan keluarga dan pribadi. berbagai kesulitan dalam hidup
perkawinan, retaknya hubungan, dan kesulitan masalah disiplin dengan anak-anak
adalah beberapa contoh masalah hubungan yang menciptakan stres. Masalah
ekonomi karena pola hidup yang lebih besar pasak daripada tiang adalah kendala
pribadi lain yang menciptakan stres bagi karyawan dan mengganggu konsentrasi
kerja karyawan.
3. Pendekatan
Terhadap Stress
a. Pendekatan
Individu
Seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk mengurangi
level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu;
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi, dan dukungan sosial.
Dengan pengelolaan waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan
tugas dengan baik, tanpa adanya tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan
latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar lebih prima sehingga mampu
menghadapi tuntutan tugas yang berat.
b. Pendekatan
Perusahaan
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan
peran serta struktur organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen,
schingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang
mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah
melalui seleksi dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan,
pengambilan keputusan partisipatif, komunikasi organisasional, dan program
kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan menyebabkan karyawan memperoleh
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka bekerja untuk tujuan yang
mereka inginkan serta adanya hubungan interpersonal yang sehat serta perawatan
terhadap kondisi fisik dan mental. Secara umum strategi manajemen stres kerja
dapat dikelompokkan mcnjadi strategi penanganan individual, organisasional dan
dukungan sosial.
C. Konflik
1. Pengertian
Konflik
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik
adalah kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya
dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
Menurut Stoner Konflik Organisasi ialah mencakup
ketidak sepakatan soal alokasi sumber daya yang langka atau peselisihan soal
tujuan, status, nilai, persepsi, atau kepribadian. Daniel Webster
mendefinisikan konflik sebagai:
· Persaingan
atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama lain.
· Keadaan atau
perilaku yang bertentangan.
2. Jenis-jenis
Konflik
Konflik itu mempunyai banyak jenis seperti yang dikatakan
James A.F. Stoner dan Charles Wankel dikenal ada lima jenis konflikyaitu
konflik intrapersonal, konflik interpersonal, konflik antar individu dan
kelompok, konflik antar kelompok dan konflik antar organisasi.
a. Konflik
Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan
dirinya sendiri.
b. Konflik
Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang
dengan orang lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan.
c. Konflik antar
perorangan
Konflik antar perorangan terjadi antara satu individu
dengan individu lain atau lebih. Konflik ini biasanya disebabkan oleh adanya
perbedaan sifat dan perilaku setiap orang dalam organisasi.
d. Konflik Antar
Kelompok
Tingkat lainnya dalam konflik di organisasi adalah
konflik antar kelompok. Seperti diketahui bahwa sebuah organisasi terbentuk
dari beberapa kelompok kerja yang terdiri dari banyak unit. Apabila diantara
unit-unit disuatu kelompok mengalami pertentangan dengan unit-unit dari
kelompok lain maka manajer merupakan pihak yang harus bisa menjadi penghubung
antara keduanya.
e. Konflik antar
organisasi
Konflik juga bisa terjadi antara organisasi yang satu
dengan yang lain. Hal ini tidak selalu disebabkan oleh persaingan dari
perusahaan-perusahaan di pasar yang sama. Konflik ini bisa terjadi karena
adanya ketidak cocokan suatu badan terhadap kinerja suatu organisasi.
3. Proses
Konflik
Menurut Louis R.Pandy mengukapkan proses konflik terdiri
dari 5 tahap :
Tahap I konflik laten yaitu tahap munculnya factor-faktor
penyebab konflik dalam organisasi yaitu :
a. Saling
ketergantungan kerja
b. Perbedaan
tujuan dan prioritas
c. Perbedaaan
status
d. Sumber daya
yang terbatas
Tahap II konflik yang dipersepsikan (konflik yang
dirasakan) , pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai
penghambat atau mengancam pencapaina tujuan.
Tahap III Konflik yang dirasakan, pada tahap ini konflik
tidak sekedar dipandang ada, akan tetapi benar-benar sudah dirasakan.
Tahap IV konflik yang dimanifestasikan, pada tahap ini
prilaku tertentu sebagai indicator konflik sudah mulai ditunjukan, seperti
adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kenerja dan
lain-lainnya.
Tahap V konflik Aftermath, jika konflik benar-benar
diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota
organisasi. Hanya jika penyelesaian tidak tepat maka akan timbul konflik baru.
D. Komunikasi
Dalam Manajemen
1. Pengertian
Komunikasi dalam Manajemen
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua
belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
2. Proses
Komunikasi
Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu
persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Tahapan proses
komunikasi adalah sebagai berikut :
1. Penginterpretasian.
2. Penyandian
3. Pengiriman
4. Perjalanan
5. Penerimaan.
6. Penyandian
balik
7. Penginterpretasian
Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif
:
1. Perspektif
psikologis. Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding,
kemudian hasil encodingditransmisikan kepada komunikan sehingga
terjadi komunikan interpersonal.
2. Perspektif
mekanis. Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan
dengan bahasa verbal atau non-verbal
3. Hambatan
dalam Komunikasi
1. Hambatan dari
Proses Komunikasi
a. Hambatan dari
pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya
atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional.
b. Hambatan
dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan
tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c. Hambatan
media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
d. Hambatan
dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e. Hambatan dari
penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima atau
mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
f. Hambatan
dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa
adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas
dan sebagainya.
2. Hambatan
Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif,
cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan,
gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan
Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi
kadang-kadang mempunyai arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau
berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima
4. Hambatan
Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu
komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara
pengirim dan penerima pesan.
4. Komunikasi
Interpersonal
a. Componential
Definisi bedasarkan komponen menjelaskan komunikasi antar
pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan
oleh salah satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok
kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan
umpan balik segera
b. Situasional
Situasi yang menyenangkan akan menciptakan komunikasi
yang menyenangkan pula, dan akan menimbulkan persepsi yang baik pula. Karena
pada dasarnya sikap emosi akan mudah terpancing saat berada pada situasi yang
salah, sehingga akan membentuk persepsi dimana ego akan lebih mendominasi. faktor
situasional akan berpengaruh besar terhadap proses terbentuknya persepsi. Dalam
situasi yang menyenangkan akan menimbulkan persepsi yang menyenangkan, begitu
pula sebaliknya. Itu lah yang akan menjadi penghambat dalam proses komunikasi
yang terjadi.
5. Model
Pengolahan Informasi Komunikasi
a. Rational
Proses informasi adalah proses menerima, menyimpan dan
mengungkap kembali informasi. Dalam proses pembelajaran, proses menerima
informasi terjadi pada saat siswa menerima pelajaran. Proses menyimpan informasi
terjadi pada saat siswa harus menghafal, memahami, dan mencerna pelajaran.
Sedangkan proses mengungkap kembali informasi terjadi pada saat siswa menempuh
ujian atau pada saat siswa harus menerapkan pengetahuan yang telah dimilikinya
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu
perlu dikemukakan bahwa informasi masuk ke dalam kesadaran manusia melalui
pancaindera, yaitu indera pendengaran, penglihaan, penciuman, perabaan, dan
pengecapan. Informasi masuk ke kesadaran manusia paling banyak melalui indera
pendengaran dan penglihatan. Berdasarkan alas an tersebut , maka media yang
banyak digunakan adalah media audio, media visual, dan media audiovisual
(gabungan media audio dan visual). Belakangan berkembang konsep multimedia,
yaitu penggunaan secara serentak lebih daripada satu media dalam proses
komunikasi, informasi dan
pembelajaran.
b. Limited
capacity
Komunikasi terbatas sering menimbulkan kekacauan
komunikasi seperti salah pengertian akan maksud yang disampaikan
c. Expert
Komunikasi adalah sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari
dan dikuasai oleh siapapun, sama seperti halnya keterampilan-ketrampilan
lainnya. Saat ini kita hidup di era yang sangat menarik, di mana banyak
diajarkan hal-hal yang akan menjadikan ketrampilan komunikasi kita semakin
canggih, antara lain hipnotis/hipnosis, nlp (neuro language program), dan lain
sebagainya
d. Cybermetic
Sistem yang memandang terdapatnya suatu hubungan yang
saling menggantungkan dalam unsur atau komponen yang ada dalam sistem.
6. Model
Interaktif Manajemen dalam Komunikasi
a. Confidence
Kenyamanan dapat membuat suatu organisasi bertahan lama
dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
b. Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi
tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
c. Interaction
manajemen
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti
mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
d. Expresiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi
dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
e. Other
orientation
Dalam hal ini suatu manajemen organisasi berorientasi
pada pegawai.