BAB I. PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Bahasa
menjadi dasar setiap manusia untuk memahami atau berkomunikasi dengan yang
lain. Dan komunikasi menjadi hal yang penting bagi manusia untuk berinteraksi
dengan yang lain. Komunikasi hanya akan terjadi bila seseorang mulai berbicara
dengan yang lain sesuai dengan makna atau bahasa yang dipahami oleh orang lain
juga.
Identifikasi
Masalah
Melihat
semua hal yang melatarbelakangi permasalahan diatas maka kami menyimpulkan
beberapa hal permasalahan yang dapat di bahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apa
itu komunikasi?
2. Apa
saja dimensi dalm komunikasi?
3. Apa
yang berhubungan dengan komunikasi?
Pembatasan
Masalah
Karena
keterbatasan kami sebagai manusia mencari pembahasan penulisan ini hanya
menggunakan beberapa buku reverensi dan kami juga melakukan searching jurnal
dan e-book di internet untuk membantu kami dalam mencari tahu permasalahan ini.
Perumusan
Masalah
Atas
dasar penentuan latar belakang dan identiikasi masalah diatas, maka kami dapat
mengambil perumusan masalah sebagai berikut:
”Bagaimana
manusia dapat berkomunikasi dengan yang lain?”
Kegunaan
pembahasan
Kegunaan
pembahasan ini adalah sebagai informasi bagi kita semua agar kita mengetahui
lebih jauh dan mendalam lagi tentang dimensi komunikasi dan apa yang
berhubungan dengan komunikasi
Tujuan
Pembahasan
Pembahasan
ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan penyelesaian tugas yang diberikan
perkelompok oleh dosen pengajar Afmi Fuad dalam mata kuliah Psikologi
Manajemen.
Metode
Pembahasan
Untuk
mendapatkan data dan informasi yang di perlukan, penulis mempergunakan metode
studi pustaka menggunakan buku dan kami juga melakukan searching jurnal dan
e-book di internet untuk membantu kami dalam mencari tahu permasalahan ini.
Waktu
dan Lokasi Pembahasan
Pembahasan
ini dilakukan di bekasi dalam jangka waktu 2 hari. Dimulai dari pengumpulan
intisasi-intisari yang dikerjakan oleh anggota kelompok sesuai dengan
bagian-bagianya dan menggabungkan dan disusun menjadi satu.
BAB 2. PEMBAHASAN
Pengertian
Komunikasi
(Disusun
Oleh Kurniawan Wicaksono : 14513901)
Kata
atau istilah komunikasi ( dari bahasa inggris “communication” ), secara
epistemologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa latin communicatus,
dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Kata communis memiliki makana
“berbagi” atau “menjadi milik bersama” yaitu usaha yang memiliki tujuan untuk
kebersamaan atau kesamaan makna. Komunikasi secara terminilogis merujuk pada
adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.
Jadi, yang terlibat dalam komunikasi ini adalah manusia. Untuk memahami
pengertian komunikasi tersebut dijelaskan secara efektif oleh Effendy bahwa
para ahli komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold
Lasswell dalam karyannya, The Structure and Function of Communication in
Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi
ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which
Channel to Whom with What Effect? Paradigma Laswell menunjukan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu:
•
Komunikator (siapa yang mengatakan?)
•
Pesan (mengatakan apa?)
•
Media (melalui saluran apa?)
•
Komunikan (kepada siapa?)
•
Efek (efek apa?)
Jadi,
berdasarkan paradigma Laswell, secara sederhana prosese komunikasi adalah pihak
komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran
tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
Komunikasi
berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh
komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama komunikator menyandi (encode)
pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunikator
memformulasikan pikiran atau perasaannya ke dalam lambing (bahasa) yang
diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan.
Kemudian,
komunikan menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti komunikan
menafsirkan lambing yang mengandung perasaan dan pikiran komunikator. Menurut
Wilbur Schramm (dalam Effendy,1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil
apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan
(frame of reference), yakni perpaduan pengalaman dan pengertian yang diperoleh
komunikan. Kemudian Schramm juga menambahkan, bahwa komunikasi akan berjalan
lancara apabila bidang pengalaman komunikator sama dengan dengan bidang
pengalaman komunikan.
Unsur-unsur
Komunikasi
1.
Sumber, pengirim informasi yang bias terdiri dari satu orang, maupun kelompok.
Sumber umumnya disebut sebagai Komunikator, Source, Sender, Encode.
2.
Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima yang dapat
disampaikan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Pesan
disebut juga sebagai Massage.
3.
Media adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada
penerima.
4.
Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber.
Penerima pesan bisa satu atau lebih. Penerima bisa disebut Komunikan,
Audience, Receiver.
5.
Efek adalah perbedaan antara apa yang difikirkan, disesuaikan dan dilakukan
oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh bisa terjadi pada
pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang.
6.
Umpan balik adalah salah satu bentuk pengaruh yang berasal dari penerima.
Faktor-faktor
yang Memperlancar dan Menghambat Komunikasi
1.
Faktor-faktor yang memperlancar komunikasi:
-
Saling Membutuhkan
-
Menggunakan Media
-
Menggunakan Bahasa yang Mudah dipahami
-
Waktu yang Cukup
-
Menguasai Metode Penyampaian
2.
Faktor-faktor yang menghambat komunikasi
-
Keterbatasan waktu tidak sempat berkomunikasi, tergesa-gesa dalam berkomunikasi,
artinya tidak memenuhi persyaratan komunikasi
-
Jarak Psikologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status yaitu status
sosial maupun status dalam pekerjaan,
-
Evaluasi dini seringkali orang sudah berprasangka atau menarik kesimpulan
sebelum menerima, menggalang keseluruhan informasi atau pesan dan mencemari
menghambat komunikasi yang baik,
-
Lingkungan yang tidak mendukung
-
Suhu, panas atau dingin akan mengganggu komunikasi,
-
Ribut, lingkungan fisik yang tidak mendukung,
-
Keadaan fisik, perasaan pengirim pesan berpengaruh terhadap suksesnya
komunikasi, misalnya:
-
Komunikator bermasalah pribadi akan mengakibatkan pesan yang disampaikannya
juga kacau.
-
Komunikator yang sakit fisik seperti suara sengau, gagap, dan sebagainya, akan
mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran
-
Keadaan si penerima pesan sama dengan komunikator, maka keadaan komunikan sangat
mempengaruhi pula komunikasi, misalnya: Keadaan/perasaannya, Kesehatan
fisiknya, Memiliki cacat dan lain lain.
Dimensi-dimensi
Komunikasi
1. Isi
A
biasanya berbicara kepada B tentang sesuatu. Proses
itu mempunyai suatu isi. Apabila kita bersuara di
dalam suatu percakapan, biasanya isinya pertama-tama adalah
diri kita. Memang,isi dari komunikasi adalah merupakan halyang
dipikirkan oleh para ahli psikologi dan ahli bisnis ketika mereka memikirkan tentang hubungan antar manusia.
Kita juga dapat melihat adanya pembagian golongan dalam hasil. Kita
dapat membeda-bedakan kategori dari jenis isi,
misalnya apakah hal itu merupakan fakta atau merupakan
perasaan.
2. Suara
Kita
dapat menjumpai suara saluran seperti gangguan udara pada kawat telepon
yang menyebabkan B sukar untuk mendengar apa yang
dikatakan oleh A. kita juga perlumemikirkan tentang adanya suara-suara psikologis,
seperti misalnya pikiran B tentanghal-hal lain,
sehingga sekali lagi adalah sukar bagi B
untuk mendengarkannya: ia tidakmemahami kata-kata yang
dipergunakan oleh A di dalam cara sebagaimana A memahaminya.
3. Jaringan
Biasanya kita berpikir bahwa percakapan antara A dengan
B adalah langsung. Tetapibanyak percakapan semacam itu,
terutama di dalam organisasi, ditengahi oleh orang lain.
Suatu hal yang dianggap harus dinyatakan oleh bagan organisasi kepada kita ialah bahwa
A dapat berbicara dengan B hanya dengan melalui C atau D.
Sebagaimana satu babberikut akan memperlihatkan,
bahwa struktur jaringan yang
dipergunakan oleh suatuorganisasi dapat sangat bermanfaat bagi kecepatan dan ketepatan komunikasi antaranggotanya satus ama
lain.
4. Arah
Arah Komunikasi dibagi menjadi dua,
yaitu satu arah dan dua arah. Lagi-lagi ini adalah
merupakan dimensi yang bebas. Apapun yang
mungkin dikatakan oleh A dan B, sejauhmana pun gangguan suara ikut terlibat,
bagaimanapun jaringannya, A mungkin berbicaradengan B cara ini:
A=>B; atau cara ini: A=><=B. A dapat berbicara dan
B hanya dapatmendengarkan, yaitu komunikasi satu arah;
atau A dapat berbicara dan B dapat membalasberbicara kembali,
yaitu komuniksai dua arah.
Hal-hal
yang Behubungan dengan Dimensi Komunikasi
Dimensi
Komunikasi
Dimensi isi disandi
secara verbal, sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi
menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan
dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga
mengisyaratkan bagaimana hubungan para komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya
pesan itu ditafsirkan.
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan sebagainya
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk kepada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, misalnya, hanya bukan bergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan sebagainya
Dimensi-Dimensi
Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi
1. Komunikasi internal.
Komunikasi internal
organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi
yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan
dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berujud komunikasi antarpribadi ataupun
komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer
maupun sekunder (menggunakan media nirmassa). Komunikasi internal ini lazim
dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari
bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan
instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll kepada
bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,
pengaduan-pengaduan, dsb. kepada pimpinan.
b. Komunikasi
horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan
kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa
mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian.
Komunikasi lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode,
dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan
memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.
2. Komunikasi eksternal.
Komunikasi eksternal
organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar
organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh
kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri
oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja.
Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:
a.Komunikasi dari
organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release;
artikel surat kabar atau majalah; pidato radio; film dokumenter; brosur;leaflet;
poster; konferensi pers.
b.Komunikasi dari
khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi
merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
Dimensi-Dimensi
Komunikasi Antar Budaya (KAB)
(Disusun
Oleh Dondwi S.W.S : 12513633)
Untuk
mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang
kebudayaan dalam konteks KAB, ada 3 (tiga) dimensi yang perlu diperhatikan: (1)
Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan; (2), Konteks sosial
tempat terjadinya KAB, (3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan-KAB (baik yang
bersifat verbal maupun nonverbal).
Dimensi
pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada
macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya
istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut.
1.
Kawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
2.
Subkawasan-kawasan di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara, budaya Asia
Tenggara.
3.
Nasional /negara, misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
4.
Kelompok-kelorripok etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam,
Budaya Amerika Asia, Budaya Cina-Indonesia.
Macam-macam
subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial,coundercultures (budaya
Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).
Perhatian
dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antarindividu dengan
kebudayaan nasional yang berbeda (seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha
Amerika/Indonesia) atau antarindividu dengan kebudayaan ras-etnik yang berbeda
(seperti antarpelajar penduduk asli dengan guru pendatang). Bahkan ada yang
lebih mempersempit lagi pengertian pada "kebudayaan individual"
karena setiap orang mcwujudkan latar belakang yang unik.
Dimensi
kedua menyangkut Konteks Sosial. Macam kcgiatan KAB dapat dikJasifikasi lagi
berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial KAB meliputi: bisnis, organisasi,
pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang
sementara, perkembangan alih teknologi/ pembangunan/difusi inovasi, konsultasi
terapis. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memiliki
persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang
menyangkut penyampaian, penerimaan, dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh
kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk
pola-pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta
hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, misalnya: komunikasi
antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda
dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari
suatu universitas. Dengan demikian konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB
memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan,
ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.
Dimensi
ketiga berkaitan dengan Saluran Komunikasi. Dimensi ini menunjukkan tentang
saluran apa yang dipergunakan dalam KAB. Secara garis besar, saluran dapat
dibagi atas:
antarpribadi/perorangan,
media massa.
Bersama-sama
dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan
hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya: Orang Indonesia menonton melalui TV
keadaan kehidupan di Afrika akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan
keadaan apabila ia sendiri berada di sana dan melihat dengan mata kepala
sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak
yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung
antar partisipan dan oleh karena itu pada pokoknya bersifat satu arah
Pengertian
Komunikasi Antar Budaya
Tema
pokok yang sangat membedakan studi KAB dari studi-studi komunikasi lainnya
ialah derajat perbedaan latar belakang pengalaman yang relatif besar antara
para komunikator yang disebabkan • oleh perbedaan-perbedaan kebudayaan. Sebagai
asumsi. dasar adalah bahwa di antara individu-individu dengan kebudayaan yang
sama umumnya terdapat kesamaan (homogenitas) yang lebih besar dalam hal latar
belakang pengalaman secara keseluruhan dibandingkan dengan mereka yang berasal
dari kebudayaan berlainan.
Perbedaan-perbedaan
kebudayaan antara para pelaku komunikasi ini serta perbedaan-perbedaan lainnya,
seperti kepribadian individu, umur, penampilan fisik, menjadi permasalahan yang
inheren dalam proses komunikasi manusia. Dengan sifatnya yang demikiari, KAB
bisa dianggap merupakan perluasan dari bidang-bidang studi komunikasi manusia,
seperti komunikasi antarpribadi, komunikasi organisasi dan lain-lain atau
dengan kata lain, KAB bisa terdapat dalam semuanya.
Selama
rnasa perkembangan KAB, telah banyak para ahli yang mencoba untuk
mendefinisikannya. Di bawah ini dikutipkan beberapa di antaranya:
"Intercultural
communication ... the art of understanding and being understood by the audience
of another culture." (Sitaram, 1970). {Komunikasi antar budaya adalah seni
untuk memahami dan dipahami oleh khalayak yang memilikjrkebudayaan lain).
"Communication
is cultural when occurring between peoples of
'differentculture." (Rich, 1974).
(Komunikasi
bersifat budaya apabila terjadi di antara orang-orang yang berbeda
kebudayaannya).
"Intercultural
communication .... communication which occurs under condition of cultural
difference-language, values, costumes, and habits." (Stewart, 1974).
(Komunikasi
antar budaya adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang
menunjukkan adanya perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat,
kebiasaan):
Dari
semua definisi .tersebut, tampak jelas penekananhya pada perbedaan kebudayaan
sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi. Walaupun
KAB mengakui dan mengurusi permasalahan tentang persamaan-persamaan dan
perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antara pelaku-pelaku komunikasi,
tetapi titik perhatian utamanya adalah pada proses komunikasi antara
individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaan, yang mencoba
untuk berinteraksi. Maka, dim konsep terpenting di sini, yakni: Kontak dan
komunikasi merupakan ciri yang membedakan studi KAB dari studi-studi
antropologi dan psikolop lintas budaya yang berupaya mendeskripsikan
kebudayaan-kebudayaan antar budaya.
Dimensi-Dimensi
Komunikasi Antar Budaya
Untuk
mencari kejelasan dan mengintegrasikan berbagai konseptualisasi tentang
kebudayaan dalam konteks KAB, ada 3 (tiga) dimensi yang perlu diperhatikan: (1)
Tingkat masyarakat kelompok budaya dari para partisipan; (2), Konteks sosial
tempat terjadinya KAB, (3) Saluran yang dilalui oleh pesan-pesan-KAB (baik yang
bersifat verbal maupun nonverbal).
Dimensi
pertama menunjukkan bahwa istilah kebudayaan telah digunakan untuk merujuk pada
macam-macam tingkat lingkupan dan kompleksitas dari organisasi sosial. Umumnya
istilah kebudayaan mencakup beberapa pengertian sebagai berikut.
1. Kawasan-kawasan
di dunia, misalnya: budaya timur, budaya barat.
2. Subkawasan-kawasan
di dunia, misalnya: budaya Amerika Utara, budaya Asia Tenggara.
3. Nasional
/negara, misalnya : budaya Indonesia, budaya Perancis, budaya Jepang.
4. Kelompok-kelorripok
etnik-ras dalam negara seperti: budaya orang Amerika Hitam, Budaya Amerika
Asia, Budaya Cina-Indonesia.
5. Macam-macam
subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis kelamin, kelas sosial,coundercultures (budaya
Hippis, budaya orang di penjara, budaya gelandangan, budaya kemiskinan).
Perhatian
dan minat dari ahli-ahli KAB banyak meliputi komunikasi antarindividu dengan
kebudayaan nasional yang berbeda (seperti wirausaha Jepang dengan wirausaha
Amerika/Indonesia) atau antarindividu dengan kebudayaan ras-etnik yang berbeda
(seperti antarpelajar penduduk asli dengan guru pendatang). Bahkan ada yang
lebih mempersempit lagi pengertian pada "kebudayaan individual"
karena setiap orang mcwujudkan latar belakang yang unik.
Dimensi
kedua menyangkut Konteks Sosial. Macam kcgiatan KAB dapat dikJasifikasi lagi
berdasarkan konteks sosialnya. Konteks sosial KAB meliputi: bisnis, organisasi,
pendidikan, akulturasi imigran, politik, penyesuaian pelancong/pendatang
sementara, perkembangan alih teknologi/ pembangunan/difusi inovasi, konsultasi
terapis. Komunikasi dalam semua konteks sosial tersebut pada dasarnya memiliki
persamaan dalam hal unsur-unsur dasar dan proses komunikasi (misalnya yang
menyangkut penyampaian, penerimaan, dan pemrosesan). Tetapi adanya pengaruh
kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman individu membentuk
pola-pola persepsi, pemikiran, penggunaan pesan-pesan verbal/nonverbal serta
hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual, misalnya: komunikasi
antar orang Indonesia dan Jepang dalam suatu transaksi dagang akan berbeda
dengan komunikasi antar keduanya dalam berperan sebagai dua mahasiswa dari
suatu universitas. Dengan demikian konteks sosial khusus tempat terjadinya KAB
memberikan pada para partisipan hubungan-hubungan antarperan,
ekspektasi-ekspektasi, norma-norma, dan aturan-aturan tingkah laku yang khusus.
Dimensi
ketiga berkaitan dengan Saluran Komunikasi. Dimensi ini menunjukkan tentang
saluran apa yang dipergunakan dalam KAB. Secara garis besar, saluran dapat
dibagi atas:
1. antarpribadi/perorangan,
2. media
massa.
Bersama-sama
dengan dua dimensi sebelumnya, saluran komunikasi juga mempengaruhi proses dan
hasil keseluruhan dari KAB. Misalnya: Orang Indonesia menonton melalui TV
keadaan kehidupan di Afrika akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan
keadaan apabila ia sendiri berada di sana dan melihat dengan mata kepala
sendiri. Umumnya, pengalaman komunikasi antarpribadi dianggap memberikan dampak
yang lebih mendalam. Komunikasi melalui media kurang dalam hal feedback langsung
antar partisipan dan oleh karena itu pada pokoknya bersifat satu arah
Kaitan
Antara Komunikasi dan Kebudayaan Hubungan Timbal Balik Antara Komunikasi dan
Kebudayaan
(Disusun
Oleh Heru Wimangun : 14513098)
Dari
berbagai definisi tentang KAB seperti yang telah dibahas sebelumnya, tampak
bahwa unsur-unsur pokok yang mendasari proses komunikasi antar budaya ialah
konsep-konsep tentang "kebudayaan" dan "komunikasi". Hal
ini pun digaris bawahi oleh Sarbaugh (1979) dengan pendapatnya bahwa pengertian
tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu pemahaman tentang
konsep-konsep komunikasi dan kebudayaan, serta adanya saling ketergantungan
antara keduanya. Saling ketergantungan ini terbukti, menurut Sarbaugh, apabila
disadari bahwa: (1) Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau
berubah dalam suatu kelompok kebudayaan khusus tertentu; (2) Kesamaan tingkah
laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya dimungkinkan berkat
digunakannya sarana-sarana komunikasi.
Sementara
itu, Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara komunikasi
dan kebudayaan kurang lebih sebagai berikut. Pertama, kebudayaan
merupakan suatu kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama. Kedua, untuk
mempelajari dan memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi
memerlukan kode-kode dan lambang-lambang, yang harus dipelajari dan dimiliki
bersama.
Untuk
lebih mengerti hubungan antara komunikasi dan kebudayaan, kiranya ada
manfaatnya bila ditinjau dari sudut perkembangan masyarakat, perkembangan
kebudayaan serta peranan komunikasi dalam proses perkembangan tersebut. Perlu
dipahami sebelumnya, bahwa dalam corak hubungan apa pun yang terus berlangsung,
beberapa simbol, pengertian, aturan serta pola verbal dan nonverbal khusus
tertentu berkembang sebagai akibat dari pemrosesan data resiprokal
(timbal-balik) antara orang-orang yang terlibatdi dalamnya.
Pada
tahap unit hubungan sosial yang paling kecil seperti hubungan diadik (antara
dua orang) maka dengan berkembangnya hubungan ke arah yang lebih erat, misalnya
perkenalan, persahabatan, percintaan, perkawinan maka masing-masing orang
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan pola-pola komunikasi, aturan-aturan dan
cara-cara berpikir orang lainnya yang terdekat dalam ikatan hubungan itu.
Dengan meJalui proses kompromi dan negosiasi yang mungkin tidak sepenuhnya
disadari o'eh kedua belah pihak maka suatu kesatuan perpaduan dari
aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan, cara-cara memberi salam, lambang-lambang,
pengetahuan dan pengertian-pengertian yang sudah membaku terbentuk. Proses
standarisaSi dan pola-pola ini berlangsung secara alami saat para individu yang
teriibat dalam hubungan rriengadakan penyesuaian dengan lingkungannya. Secara
kolektif, pola-pola yang dimiliki bersama ini dapat dianggap sebagai
"kebudayaan" dari hubungan khusus tersebut.
Hakikat
Kebudayaan dalam KAB
Untuk
sampai pada pemahaman tentang proses komunikasi antar budaya beserta
masalah-masalah yang menyertainya, perlu pengetahuan tentang konsep
"kebudayaan" dan pengaruhnya terhadap cara-cara orang berkomunikasi.
Hal ini penting, terutama bilamana permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
proses komunikasi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kebudayaan.
Kebudayaan,
sebagaimana halnya dengan komunikasi, merupakan istilah yang tidak asing lagi
bagi kebanyakan orang. Bahkan mungkin karena kepopulerannya itu maka kebudayaan
telah diartikan secara bermacam-macam. Mungkin penggunaan yang paling sering
akan istilah "kebudayaan" adalah sinonim dari "Negara" atau
'Bangsa". Istilah kebudayaan juga sering digunakan untuk menunjuk pada
kualitas atau sifat-sifat tertentu. Misalnya:
Orang
yang tidak menggunakan tata bahasa yang benar dalam berbicara, tidak menurut
etiket cara makan, atau kurang pengetahuan mengenai hal-hal yang berbau seni,
digambarkan atau disebut sebagai orang yang "tidak berbudaya", walaupun
yang: dimaksud sesungguhnya menunjukkan bahwa orang tersebut tidak
berpendidikan atau tidak berpengalaman dalam hal-hal yang indah secara duniawi
Sepanjang
hidupnya orang mempelajari aturan-aturan kebudayaannya. Bahkan tidak sedikit
yang dilakukan di 'luar kesadarannya agar ia dapat diterima dan tidak
dikucilkan. dalam lingkungannya. Karena sebagian terbesar waktu hidupnya
dihabiskan dalam kebudayaan, tidaklah mengherankan jika kebudayaan itu
digunakan sebagai ukuran untuk penilaian.
BAB 3. PENUTUP
Analisis
Kelompok
Komunikasi
sering dilakukan oleh manusia, baik itu komunikasi verbal, non verbal, satu
arah, dua arah. Setiap individu pasti sering berkomunikasi dengan satu orang
bahkan lebih. Ketika Kita ingin ke suatu tempat atau pergi pasti kita juga
butuh komunukasi, namun hal ini mungkin terkendala dengan sebuah bahsa ketika
kita sampai di sebuah tempat yang tidak mengerti akan bahasa yang kita gunakan,
maka dari itu bahasa menjadi factor utama dalam hal berkomunikasi.
Selain
itu, kita juga tidak akan bisa lepas dari peran media masa seperti internet,
Koran, televisi dll untuk kita mengetahui informasi yang berada diluar sana.
Maka dari itu komunikasi juga dapat dilakukan dengan satu arah namun dapat
memberikan sebuah informasi ke orang banyak.
Daftar
Pustaka
widyo.staff.gunadarma.ac.id
Onong Effendy, 1994, Ilmu Komunikasi: Teori dan
Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rakhmat,
Jalaludin. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya