Bioteknologi Reproduksi
Teknologi reproduksi telah dikembangkan pada hewan, tumbuhan, bahkan
manusia. Teknologi reproduksi pada hewan dan tumbuhan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan manusia seperti bahan makanan yang lebih baik dan keseimbangan
populasi dengan cara menghindari kepunahan suatu spesies.
Beberapa jenis bioteknologi reproduksi adalah sebagai berikut.
Beberapa jenis bioteknologi reproduksi adalah sebagai berikut.
a. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan adalah cara untuk memasukkan sperma hewan jantan ke
dalam organ reproduksi betina dengan menggunakan alat tertentu. Nama lain dari
inseminasi buatan ini adalah kawin suntik. Tujuan dilakukannya inseminasi
buatan ini adalah sebagai berikut.
1) Meningkatkan kualitas keturunan.
2) Memudahkan pengaturan proses perkawinan.
3) Menghindari kelangkaan hewan jantan yang termasuk bibit unggul.
4) Meningkatkan tingkat reproduksi hewan.
1) Meningkatkan kualitas keturunan.
2) Memudahkan pengaturan proses perkawinan.
3) Menghindari kelangkaan hewan jantan yang termasuk bibit unggul.
4) Meningkatkan tingkat reproduksi hewan.
b. Bayi Tabung (Fertilization in
Vitro)
Tidak semua pasangan suami istri mampu menghasilkan keturunan.
Penyebabnya dapat berbagai hal mulai masalah ovulasi, tersumbatnya tuba
falopii, dan jumlah sperma terlalu sedikit. Dengan perkembangan ilmu dan
teknologi kedokteran, sebagian masalah itu telah ada jalan keluarnya. Bayi
tabung merupakan salah satu jalan keluar untuk memecahkan masalah
ketidaksuburan (infertilitas). Tetapi cara ini akan menghabiskan biaya yang
mahal. Bayi tabung mulai populer pada tahun 1978, dengan tes pertama di dunia.
Sperma dan telur berasal dari pasangan yang ingin melakukan program bayi
tabung. Di beberapa negara sel telur dan sperma disediakan oleh lembaga
tertentu dan orang yang memiliki uang dapat memilih calon ibu atau ayah dari
bayi yang ingin dilahirkan. Empat langkah dasar dari program bayi tabung adalah
sebagai berikut.
1) Menggunakan obat untuk membuat folikel menjadi banyak di dalam
ovarium. Seperti kamu ketahui bahwa ovarium yang normal hanya menghasilkan satu
sel telur setiap bulannya. Jika folikel yang berkembang dalam ovarium lebih
banyak, maka sel telur yang dihasilkan juga lebih banyak.
2) Memantau perkembangan folikel dengan ultrasonografi untuk mengetahui
perkembangan telur dalam ovarium dan lapisan uterus. Setelah folikel dan
lapisan uterus matang, baru hormon HCG (Human Chorionik Gonadotropin) diberikan
sebagai pemicu.
3) Setelah 36 jam dari pemberian pemicu, kondisi telur dipantau kembali
dengan ultrasonografi.
4) Spesimen sperma disiapkan dan dicuci terlebih dahulu. Setelah dicuci
kemudian sperma ditempatkan dengan sel telur dan disimpan dalam inkubator
selama 18 jam. Setelah 18 jam akan dilihat normal atau tidaknya fertilisasi di
bawah mikroskop. Jika normal akan disimpan pada inkubator sampai embrio menjadi
multiseluler.
Tahap berikutnya adalah memindahkan embrio ke dalam uterus. Jumlah
embrio yang dipindahkan dapat lebih dari satu. Meskipun memungkinkan lebih dari
satu embrio yang ditempatkan di rahim, tetapi tergantung kondisi rahimnya.
c. Kloning
Kloning adalah teknik atau metode reproduksi secara aseksual yang
menggunakan sel tubuh (sel somatik) makhluk hidup. Klon atau keturunan yang
dihasilkan memiliki kesamaan gen dengan induknya. Para ilmuwan awalnya melakukan
teknik kloning pada katak dan salamander awal tahun 50-an. Pada tahun 1996,
seorang ilmuwan sains Inggris, Ian Wilmut menggunakan prosedur yang sama untuk
mengkloning domba, nama domba itu adalah Dolly.
Sejak Dolly berhasil dikloning, ilmuwan dari berbagai penjuru dunia
mencoba melakukan kloning terhadap hewan lain dengan teknik yang sama. Dewey
adalah rusa ekor putih pertama hasil kloning di Universitas Texas. Dewey adalah
seekor rusa berekor putih Odocoileus virginianus. Rusa ini merupakan rusa kloning
pertama di dunia. Rusa tersebut berkembang normal dan saat muda minum susu dari
botol. Sebagai bahan kloning, diambil dari sel-sel kulit rusa jantan. Para
peneliti mengambil inti sel kemudian memasukkannya dalam rahim seekor rusa
betina. Keberhasilan kloning ini diharapkan dapat menghindarkan rusa jenis ini
dari ancaman kepunahan.
Kuda pertama hasil kloning diberi nama Prometea. Prometea dilahirkan
oleh induk yang sekaligus juga donor DNA-nya. Prometea dikloning dari sel kulit
induknya, seekor kuda pekerja kecil jenis haflinger. Nukleus dari sel kulit itu
kemudian ditanam pada sel telur kuda lain yang sudah dibuang nukleusnya. Sel
yang mulai membelah kemudian dikembalikan ke rahim induknya.
Selain rusa dan kuda, kloning juga dicobakan pada anjing. Suatu tim yang
beranggotakan 11 orang berhasil mengkloning anjing untuk pertama kalinya. Drh
Yuda Heru Fibrianto adalah salah satu anggota tim yang berasal dari Indonesia.
Proyek kloning ini membutuhkan waktu selama 2 tahun 8 bulan. Proses kloning
anjing adalah sebagai berikut.
1) Membuat biakan sel dari kulit anjing yang akan dipakai sebagai donor
sel. Kulit anjing diambil sedikit dan dibiakkan dalam cawan petri. Setelah
berkembang disimpan dalam suhu 150°C.
2) Persiapan mengambil sel telur dari anjing yang sudah diovulasikan
dengan cara melihat keadaan sel-sel vagina dan kadar hormon progesteron dalam
darah.
3) Melakukan kloning pada sel telur, dengan cara menghilangkan inti dari
sel telur tersebut dan diganti dengan satu sel yang telah dibiakkan dari sel
donor.
4) Menyatukan sel yang berasal dari kulit dengan sel telur yang telah
hilang intinya dengan listrik sebesar 3 – 3,5 kV/cm di dalam plat dari baja
putih yang sejajar dan dalam media manitol.
5) Implantasi yaitu memasukkan sel telur yang telah bersatu ke dalam
rahim anjing lain dengan cara operasi.
6) Pemeriksaan kehamilan dengan ultrasonografi (USG) 22 hari kemudian.
Guna memastikan terjadinya kehamilan ditunggu lagi sampai hari ke-60.
Meskipun bioteknologi memberi manfaat yang banyak bagi kesejahteraan manusia,
bioteknologi juga membawa dampak buruk. Contohnya adalah pengembangan senjata
biologis, ancaman kerusakan lingkungan dan ketidakseimbangan ekosistem, serta
gangguan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar